Peta Topografi.
Roman muka bumi merupakan ekspresi morfologi akibat
bentukan gaya endogen dan eksogen. Ekspresi morfologi di alam diungkapkan dalam
gambaran peta. Peta sebagai gambaran miniatur 2D (2 dimensi) adalah ekspresi
morfologi permukaan bumi yang dilihat dari atas. Gambaran morfologi itu
digambarkan pada peta topografi (Gambar 8.1)
Gambar 8.1
Morfologi di lapangan yang dituangkan dalam peta
Peta topografi adalah gambaran elevasi (ketinggian) bentang alam dengan datum permukaan air laut sebagai elevasi 0 (nol) meter. Gambaran elevasi ini diekspresikan dalam garis elevasi atau dikenal sebagai garis kontur (contour lines). Peta ini digunakan secara luas untuk berbagai aplikasi, misal untuk perencanaan tata ruang dan wilayah, kemiliteran, eksplorasi, dan lainnya.
Elemen
pada peta yang penting terdiri dari relief, drainase (pengaliran), budi daya
manusia, skala, oruentasi peta, judul peta, dan nomor lembar peta, dan legenda.
a.
Relief
Relief adalah bentuk ketidakteraturan
vertikal di permukaan bumi dalam ukuran kecil sampai besar, misal bukit (hill), lembah (valley), pegunungan (mountain),
punggungan (ridge), gawir (scrap), dan lainnya.
b.
Drainase
Drainase adalah pengaliran di permukaan
bumi yang memperlihatkan pola
tertentu. Pengaliran di permukaan bumi dijumpai seperti sungai, rawa,
danau, dan laut. Pada beberapa sungai menunjukkan pola yang menunjukkan
keseragaman yang dikontrol oleh jenis batuan dasar, stratigrafi dan struktur
geologi pada daerah yang dilalui suatu sungai.
c.
Budi Daya
Manusia (culture)
Budi daya manusia adalah segala bentuk budi
daya manusia, seperti perkampungan,
jalan, sawah/perkebunan, dan lainnya.
d.
Skala
Skala adalah perbandingan antarajawak
horizontal sebenarnya dengan jarak di
peta. Skala dapat dinyatakan dalam tiga hal, yaitu skala fraksi, skala
verbal dan skala grafis (Gambar 8.2).
Gambar 8.2
Contoh skala grafis
1)
Skala Grafis,
dinyatakan dengan perbandingan jarak horizontal sesungguhnya dengan jarak dalam
peta yang ditunjukkan dengan garis.
Kelebihan skala ini tidak terpengaruh
oleh pembesaran dan pengecilan peta.
2)
Skala Fraksi,
dinyatakan dengan perbandingan. Contoh, skala 1 : 50.000 artinya 1 cm di peta sama
dengan 50.000 cm (500 meter = 0,5 km) di lapangan. Kelemahan skala ini adalah
jika peta mengalami pembesaran atau pengecilan, sehingga skala tidak lagi
sesuai.
3)
Skala Verbal, dinyatakan
dengan ukuran panjang. Contoh, skala 1 cm = 10 km; atau 1 cm = 5 km, dll. Skala
ini secara esensial sama dengan skala fraksi
e.
Orientasi peta
Orientasi peta menunjukkan arah dari peta.
Arah menunjukkan ke utara dikenal dua, yaitu arah utara magnetic (MN) dan arah
utara sebenarnya (TN). Arah MN ditunjukkan oleh jarum magnet. Sedangkan, arah
TM adalah arah utara geografis atau sesuai dengan sumbu bumi. Sudut yang
dibentuk antara TN dan MN disebut sebagai deklinasi (Gambar 8.3).
f.
Judul peta dan
Nomor lembar peta
Judul peta menunjukkan nama daerah yang ada
di dalam peta tersebut, sedangkan nomor lembar peta adalah nomor dari peta
berdasarkan sistem pembagian peta yang disebut sebagai “quadrangle”.
g.
Legenda
Suatu peta menggunakan banyak simbol atau
tanda untuk mewakili berbagai keadaan di lapangan. Penjelasan atas simbol atau
tanda yang digunakan adalah tercakup dalam legenda. Legenda umumnya diletakkan
di tepi peta bagian bawah.
2.
Sifat-Sifat
Kontur
Morfologi pada peta topografi
digambarkan dengan garis-garis kontur. Garis kontur adalah garis yang
menghubungkan titik-titik yang terletak pada ketinggian yang sama dengan datum
elevasi dari permukaan air laut. Beberapa sifat dari garis kontur adalah
sebagai berikut :
1)
Garis kontur
merupakan garis yang tertutup;
2)
Nilai dari suatu
garis kontur dihitung dari ketinggian muka air laut rata-rata dengan nilai 0
meter;
3)
Garis kontur
tidak bercabang;
4)
Garis kontur
tidak bertemu dengan garis kontur lainnya yang berbeda elevasinya;
5)
Garis kontur
yang rapat menunjukkan morfologi lereng yang curam, sebaliknya garis kontur
yang renggang menunjukkan morfologi lereng yang landai;
6)
Garis kontur
tidak saling berpotongan satu dengan lainnya, kecuali pada lereng yang
menggantung atau over hanging cliff;
7)
Garis kontur
digambarkan membelok/menajam ke arah hulu bila memotong suatu lembah sungai;
8)
Garis kontur
yang bergerigi menunjukkan suatu lembah yang tertutup atau cekungan (bentuk
depresi);
9)
Garis kontur
dengan harga setengah digambarkan dengan kontur terputus- putus, dimana biasa ditemukan pada bagian
puncak bukit.
Berkaitan dengan sifat-sifat kontur di atas, maka
perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1)
Jarak vertikal
antara garis kontur dengan garis kontur lainnya secara berurutan disebut
sebagai interval kontur, misal jarak vertikal 25 meter digambarkan satu garis
kontur pada interval tersebut;
2)
Garis kontur
yang dicetak tebal dari garis-garis kontur lainnya disebut indeks kontur. Garis
kontur ini merupakan kelipatan nilai kontur dari beberapa garis kontur biasa,
misal indeks kontur 100, 200, 300 yang menunjukkan kelipatan dari nilai garis kontur.
3)
Kedetilan suatu
peta topografi ditentukan oleh skala penggambaran, dimana interval kontur (IK)
ditentukan dengan rumus: IK = (1/2000 x skala peta). Misal penggambaran peta
dengan skala 1:50.000, maka IK-nya adalah 25.
3.
Pembuatan Peta
Topografi
Peta Topografi menggambarkan unsur-unsur
penting, seperti bukit, lembah dan alur sungai. Unsur tersebut menunjukkan
relief morfologi yang memperlihatkan tinggi dan rendahnya bentang alam terhadap
datum (permukaan air laut). Ketinggian ditentukan berdasarkan pengukuran
menggunakan alat survey pengukuran ketinggian, seperti teodolit, water pass,
kompas, GPS, dan lain-lain.
Penggambaran kontur ditentukan
berdasarkan intrapolasi dan ekstrapolasi terhadap data pengukuran ketinggian.
Kedua metode tersebut digunakan untuk menentukan nilai ketinggian yang sesuai
dengan interval konturnya. Nilai-nilai dengan ketinggian yang sama dihubungkan
sehingga diperoleh nilai garis kontur dengan nilai ketinggian tersebut.
4. Penampang
Topografi
Penampang topografi adalah profil dari
permukaan bumi sepanjang garis penampang (section
line). Penampang dibuat dengan memproyeksi bidang vertikal dari titik-titik
potong kontur (ketinggian) dari garis potong. Pembuatan penampang sebaiknya
menggunakan skala horizontal dan vertikal yang sama.
Perhatikan
istilah-istilah berikut:
1)
Garis topografi
(topographic line)
Garis ini adalah
perpotongan antara permukaan bumi dengan suatu bidang vertikal.
2)
Garis dasar (base line)
Garis dasar di
bawah garis ekspresi morfologi dengan nilai 0 meter (sering digunakan) sebagai
ketinggian permukaan laut.
3)
Garis batas tepi
(end line)
Garis ini tegak
lurus terhadap garis dasar yang mendasari sisa kiri dan kanan penampang. Nilai
garis batas tepi menunjukkan ketinggian sesuai dengan interval kontur.
Penampang topografi dikonstruksi dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Perhatikan
elemen peta topografi, terutama garis kontur yang dipotong oleh garis topografi untuk membuat profil;
2)
Ambil kertas
yang digunakan untuk menandai nilai ketinggian pada titik perpotongan baik
berupa kontur, sungai, jalan, dll., sepanjang garis profil;
3)
Pindahkan nilai
ketinggian tersebut pada garis dasar;
4)
Titik-titik yang
diplot pada garis dasar kemudian diproyeksikan ke atas (vertikal) mengikuti
nilai ketinggian dengan mengacu pada nilai garis batas tepi menggunakan skala
normal, dimana H : V = 1 : 1;
5)
Hubungkan
titik-titik tersebut sehingga diperoleh penampang topografi.
Gambar 8.4
Langkah-langkah dalam pembuatan penampang topografi.
5.
Pola Drainase
Pola drainase dapat digunakan untuk mendeterminasi
tipe batuan. Enam pola drainase antara lain pola drainase Dentritic, Trellis, Rectangular, Parallel, Radial, dan Annular (Gambar 8.5)
.
.
1)
Drainase Dendritic atau Branching
Mempunyai pola seperti ranting pohon
dimana anak sungai menggabung pada sungai utama dengan sudut yang tajam, dengan
jumlah percabangan yang besar untuk jenis drainase di daerah batuan kristalin
yang impermeabel seperti gneiss dan berkembang di daerah yang
didasari oleh material yang homogen.
2)
Drainase Trellis
Mempunyai anak-anak sungai yang pendek
sejajar, pola ini lebih menunjukkan struktur dari pada jenis batuannya sendiri.
Umumnya pola pengaliran Trellis berkembang
pada lapisan miring (dipping), dimana
hadirnya retakan pada batuan sedimen merupakan daerah yang baik untuk akuifer
(Selby, 1985).
3)
Drainase Rectangular
Arah anak sungai dan hubungan dengan
sungai utama dikontrol oleh joint (kekar-kekar),
fracture dan bidang foliasi, pola
pengalliran Rectangular juga
berkembang pada lapisan miring (dipping)
serta terdapat pada batuan metamorf.
4)
Drainase Parallel
Terbentuk pada permukaan yang mempunyai
kemiringan yang seragam. Sudut anak sungai dengan sungai utama hampir sama, sungai
utama umumnya dikontrol oleh sesar atau rekahan-rekahan.
5)
Drainase Radial
Aliran sungai-sungai menyebar dari puncak
yang lebih tinggi. Umumnya terdapat pada puncak gunung atau bukit-bukit dan berkembang
pada batuan berlapis (folded rocks).
6)
Drainase Annular
Pola pengaliran Annular ini sangat berkembang pada daerah vulkanik atau intrusi
dengan aliran yang mengikuti zona rekahan yang mengandung air.
6. Analisa
Peta Topografi
Analisa peta topografi dilakukan untuk
melakukan kerja lapangan pendahuluan sebelum pergi ke lapangan. Keadaan
topografi dicerminkan oleh kontrol geologi, yakni batuan dan struktur geologi.
Analisa peta topografi dapat didasarkan atas interpretasi pola dan sifat
kontur; dan interpretasi pola pengaliran.
1)
Interpretasi
berdasarkan pola dan sifat kontur
Anaisis ini perlu mengetahui bentuk
morfologi, seperti jajaran perbukitan, adanya offset morfologi, bentuk lembah, dan lain-lain. Bentuk
morfologi tersebut digunakan untuk
interpretasi, misal kehadiran endapan aluvial sungai atau batuan lunak seperti
batulempung, napal dan sebagainya. Sedangkan perbukitan yang bergelombang pada
umumnya ditempati oleh batuan yang berselang-seling, misalnya batupasir dan
batulempung, atau breksi.
2)
Interpretasi
berdasarkan pola pengaliran
Analisis dengan pendekatan ini memberikan
detil kemungkinan morfologi, jenis batuan dan struktur geologi yang mengontrol
perkembangan pola sungai. Dengan demikian, pengenalan terhadap pola pengaliran
dapat menganalisa dan menginterpretasi kondisi geologi pendahuluan, sebelum
melakukan kerja pemetaan lapangan.
Arahan dalam membaca peta topografi, maka terlebih
dahulu memahami elemen pada peta sebagai berikut:
1)
Isi peta dan
tempat yang digambarkan melalui judul atau lokasi;
2)
Lokasi daerah,
melalui letak garis lintang dan garis bujur;
3)
Arah, melalui
petunjuk arah (orientasi).
4)
Jarak atau luas
suatu tempat di lapangan, melalui skala peta;
5)
Ketinggian
tempat, melalui titik trianggulasi (ketinggian) atau melalui garis kontur;
6)
Kemiringan
lereng, melalui garis kontur dan jarak antara garis kontur yang berdekatan;
7)
Sumber daya
alam, melalui keterangan (legenda);
8)
Kenampakan alam,
misalnya relief, pegunungan/gunung, lembah/sungai, jaringan lalu lintas,
persebaran kota. Kenampakan alam ini dapat diketahui melalui simbol-simbol peta
dan keterangan peta.
Arahan untuk analisa/interpretasi peta topografi
adalah sebagai berikut:
1)
Peta yang banyak
gunung/pegunungan dan lembah/sungai, menunjukkan bahwa daerah itu berelief
kasar;
2)
Alur-alur yang
lurus, menunjukkan bahwa daerah itu tinggi dan miring, jika alur sungai
berbelok-belok (berbentuk meander), menunjukkan daerah itu relatif datar;
3)
Pola (bentuk)
pemukiman penduduk yang memusat dan melingkar,
menunjukkan daerah itu kering (sulit air), tetapi di tempat-tempat
tertentu terdapat sumber-sumber air.
D. Soal Latihan dan
Tugas
1.
Soal Latihan
a.
Apa yang
dimaksud dengan peta topografi ?
b.
Sebutkan
kegunaan peta topografi di pertambangan ?
c.
Sebutkan
perbedaan antara skala grafis, skala verbal, dan skala fraksi ?
d.
Sebutkan minimal
5 sifat garis kontur ?
e.
Sebutkan lagnkah-langkah
dalam pembuatan penampang topografi ?
2.
Tugas di
Laboratorium
a.
Praktikan
diminta menentukan skala yang digunakan untuk penggambaran Peta Hahatonka serta
membuatkan penampang topografinya;
b.
Praktikan
diminta mengeblat (menjiplak) kontur dari Peta Hahatonka untuk setiap indeks
kontur pada kertas kalkir (ukuran A4) menggunakan pensil 2B;
c.
Praktikan
berlatih mendeskripsi morfologi dari Peta Hahatonka berdasarkan pembacaan
sifat-sifat kontur;
d.
Praktikan
meminta paraf asisten sebagai bukti telah selesai berlatih mengeblat indeks
kontur dan mendeskripsi morfologi dari peta Hahatonka.
3.
Tugas Mingguan
a.
Penyalinan ulang
atas pekerjaan laboratorium dengan menggambar indeks kontur menggunakan
“drawing pen” pada kertas kalkir yang diberi alas kertas HVS agar mudah membacanya;
b.
Penggambaran
setap indeks kontur harus dilengkapi dengan nilai ketinggiannya;
c.
Menyalin ulang
dan/atau mengembangkan tulisan hasil deskripsi morfologi;
d.
Penulisan Tugas
Mingguan
1)
Penggambaran
pada kertas kalkir;
2)
Penulisan pada
Kertas A4, 80 gram;
3)
Format penulisan
dengan margin (batas tepi) tulisan sebelah kiri: 3 cm; kanan: 2,5 cm; atas: 3
cm; dan bawah: 2,5 cm. Penulisan menggunakan tinta warna biru.