Sabtu, 24 September 2016

Peta Topografi dan Implementasinya

                Peta Topografi. 

         Roman muka bumi merupakan ekspresi morfologi akibat bentukan gaya endogen dan eksogen. Ekspresi morfologi di alam diungkapkan dalam gambaran peta. Peta sebagai gambaran miniatur 2D (2 dimensi) adalah ekspresi morfologi permukaan bumi yang dilihat dari atas. Gambaran morfologi itu digambarkan pada peta topografi (Gambar 8.1)
Gambar 8.1 Morfologi di lapangan yang dituangkan dalam peta


Peta topografi adalah gambaran elevasi (ketinggian) bentang alam dengan datum permukaan air laut sebagai elevasi 0 (nol) meter. Gambaran elevasi ini diekspresikan dalam garis elevasi atau dikenal sebagai garis kontur (contour lines). Peta ini digunakan secara luas untuk berbagai aplikasi, misal untuk perencanaan tata ruang dan wilayah, kemiliteran, eksplorasi, dan lainnya.

       Elemen pada peta yang penting terdiri dari relief, drainase (pengaliran), budi daya manusia, skala, oruentasi peta, judul peta, dan nomor lembar peta, dan legenda.
a.         Relief
     Relief adalah bentuk ketidakteraturan vertikal di permukaan bumi dalam ukuran kecil sampai besar, misal bukit (hill), lembah (valley), pegunungan (mountain), punggungan (ridge), gawir (scrap), dan lainnya.
b.        Drainase
     Drainase adalah pengaliran di permukaan bumi yang memperlihatkan pola     tertentu. Pengaliran di permukaan bumi dijumpai seperti sungai, rawa, danau, dan laut. Pada beberapa sungai menunjukkan pola yang menunjukkan keseragaman yang dikontrol oleh jenis batuan dasar, stratigrafi dan struktur geologi pada daerah yang dilalui suatu sungai.
c.         Budi Daya Manusia (culture)
     Budi daya manusia adalah segala bentuk budi daya manusia, seperti  perkampungan, jalan, sawah/perkebunan, dan lainnya.
d.        Skala
     Skala adalah perbandingan antarajawak horizontal sebenarnya dengan jarak di  peta. Skala dapat dinyatakan dalam tiga hal, yaitu skala fraksi, skala verbal dan skala grafis (Gambar 8.2).

      
Gambar 8.2 Contoh skala grafis
1)        Skala Grafis, dinyatakan dengan perbandingan jarak horizontal sesungguhnya dengan jarak dalam  peta yang ditunjukkan dengan garis. Kelebihan skala ini  tidak terpengaruh oleh pembesaran dan pengecilan peta.
2)        Skala Fraksi, dinyatakan dengan perbandingan. Contoh, skala 1 : 50.000 artinya 1 cm di peta sama dengan 50.000 cm (500 meter = 0,5 km) di lapangan. Kelemahan skala ini adalah jika peta mengalami pembesaran atau pengecilan, sehingga skala tidak lagi sesuai.
3)        Skala Verbal, dinyatakan dengan ukuran panjang. Contoh, skala 1 cm = 10 km; atau 1 cm = 5 km, dll. Skala ini secara esensial sama dengan skala fraksi

e.         Orientasi peta
     Orientasi peta menunjukkan arah dari peta. Arah menunjukkan ke utara dikenal dua, yaitu arah utara magnetic (MN) dan arah utara sebenarnya (TN). Arah MN ditunjukkan oleh jarum magnet. Sedangkan, arah TM adalah arah utara geografis atau sesuai dengan sumbu bumi. Sudut yang dibentuk antara TN dan MN disebut sebagai deklinasi (Gambar 8.3).
  

                                Gambar 8.3 Sudut deklinasi di antara arah MN dan arah TN

f.         Judul peta dan Nomor lembar peta
     Judul peta menunjukkan nama daerah yang ada di dalam peta tersebut, sedangkan nomor lembar peta adalah nomor dari peta berdasarkan sistem pembagian peta yang disebut sebagai “quadrangle”.
g.        Legenda
     Suatu peta menggunakan banyak simbol atau tanda untuk mewakili berbagai keadaan di lapangan. Penjelasan atas simbol atau tanda yang digunakan adalah tercakup dalam legenda. Legenda umumnya diletakkan di tepi peta bagian bawah.
2.         Sifat-Sifat Kontur
Morfologi pada peta topografi digambarkan dengan garis-garis kontur. Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang terletak pada ketinggian yang sama dengan datum elevasi dari permukaan air laut. Beberapa sifat dari garis kontur adalah sebagai berikut :
1)        Garis kontur merupakan garis yang tertutup;
2)        Nilai dari suatu garis kontur dihitung dari ketinggian muka air laut rata-rata dengan nilai 0 meter;
3)        Garis kontur tidak bercabang;
4)        Garis kontur tidak bertemu dengan garis kontur lainnya yang berbeda  elevasinya;
5)        Garis kontur yang rapat menunjukkan morfologi lereng yang curam, sebaliknya garis kontur yang renggang menunjukkan morfologi lereng yang landai;
6)        Garis kontur tidak saling berpotongan satu dengan lainnya, kecuali pada lereng yang menggantung atau over hanging cliff;
7)        Garis kontur digambarkan membelok/menajam ke arah hulu bila memotong  suatu lembah sungai;
8)        Garis kontur yang bergerigi menunjukkan suatu lembah yang tertutup atau cekungan (bentuk depresi);
9)        Garis kontur dengan harga setengah digambarkan dengan kontur terputus-  putus, dimana biasa ditemukan pada bagian puncak bukit.

Berkaitan dengan sifat-sifat kontur di atas, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1)      Jarak vertikal antara garis kontur dengan garis kontur lainnya secara berurutan disebut sebagai interval kontur, misal jarak vertikal 25 meter digambarkan satu garis kontur pada interval tersebut;
2)      Garis kontur yang dicetak tebal dari garis-garis kontur lainnya disebut indeks kontur. Garis kontur ini merupakan kelipatan nilai kontur dari beberapa garis kontur biasa, misal indeks kontur 100, 200, 300 yang menunjukkan kelipatan   dari nilai garis kontur.
3)      Kedetilan suatu peta topografi ditentukan oleh skala penggambaran, dimana interval kontur (IK) ditentukan dengan rumus: IK = (1/2000 x skala peta). Misal penggambaran peta dengan skala 1:50.000, maka IK-nya adalah 25.


3.         Pembuatan Peta Topografi
Peta Topografi menggambarkan unsur-unsur penting, seperti bukit, lembah dan alur sungai. Unsur tersebut menunjukkan relief morfologi yang memperlihatkan tinggi dan rendahnya bentang alam terhadap datum (permukaan air laut). Ketinggian ditentukan berdasarkan pengukuran menggunakan alat survey pengukuran ketinggian, seperti teodolit, water pass, kompas, GPS, dan lain-lain.
Penggambaran kontur ditentukan berdasarkan intrapolasi dan ekstrapolasi terhadap data pengukuran ketinggian. Kedua metode tersebut digunakan untuk menentukan nilai ketinggian yang sesuai dengan interval konturnya. Nilai-nilai dengan ketinggian yang sama dihubungkan sehingga diperoleh nilai garis kontur dengan nilai ketinggian tersebut.

4.      Penampang Topografi
Penampang topografi adalah profil dari permukaan bumi sepanjang garis penampang (section line). Penampang dibuat dengan memproyeksi bidang vertikal dari titik-titik potong kontur (ketinggian) dari garis potong. Pembuatan penampang sebaiknya menggunakan skala horizontal dan vertikal yang sama.
Perhatikan istilah-istilah berikut:
1)        Garis topografi (topographic line)
Garis ini adalah perpotongan antara permukaan bumi dengan suatu bidang vertikal.
2)        Garis dasar (base line)
Garis dasar di bawah garis ekspresi morfologi dengan nilai 0 meter (sering digunakan) sebagai ketinggian permukaan laut.
3)        Garis batas tepi (end line)
Garis ini tegak lurus terhadap garis dasar yang mendasari sisa kiri dan kanan penampang. Nilai garis batas tepi menunjukkan ketinggian sesuai dengan interval kontur.

Penampang topografi dikonstruksi dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1)        Perhatikan elemen peta topografi, terutama garis kontur yang dipotong oleh  garis topografi untuk membuat profil;
2)        Ambil kertas yang digunakan untuk menandai nilai ketinggian pada titik perpotongan baik berupa kontur, sungai, jalan, dll., sepanjang garis profil;
3)        Pindahkan nilai ketinggian tersebut pada garis dasar;
4)        Titik-titik yang diplot pada garis dasar kemudian diproyeksikan ke atas (vertikal) mengikuti nilai ketinggian dengan mengacu pada nilai garis batas tepi menggunakan skala normal, dimana H : V = 1 : 1;
5)        Hubungkan titik-titik tersebut sehingga diperoleh penampang topografi.


Gambar 8.4 Langkah-langkah dalam pembuatan penampang topografi.

5.      Pola Drainase
Pola drainase dapat digunakan untuk mendeterminasi tipe batuan. Enam pola drainase antara lain pola drainase Dentritic, Trellis, Rectangular, Parallel, Radial, dan Annular (Gambar 8.5)
.

Gambar 8.5 Pola drainase

1)      Drainase Dendritic atau Branching
      Mempunyai pola seperti ranting pohon dimana anak sungai menggabung pada sungai utama dengan sudut yang tajam, dengan jumlah percabangan yang besar untuk jenis drainase di daerah batuan kristalin yang impermeabel seperti gneiss dan berkembang di daerah yang didasari oleh material yang homogen.
2)      Drainase Trellis
      Mempunyai anak-anak sungai yang pendek sejajar, pola ini lebih menunjukkan struktur dari pada jenis batuannya sendiri. Umumnya pola pengaliran Trellis berkembang pada lapisan miring (dipping), dimana hadirnya retakan pada batuan sedimen merupakan daerah yang baik untuk akuifer (Selby, 1985).
3)      Drainase Rectangular
      Arah anak sungai dan hubungan dengan sungai utama dikontrol oleh joint (kekar-kekar), fracture dan bidang foliasi, pola pengalliran Rectangular juga berkembang pada lapisan miring (dipping) serta terdapat pada batuan metamorf.
4)      Drainase Parallel
      Terbentuk pada permukaan yang mempunyai kemiringan yang seragam. Sudut anak sungai dengan sungai utama hampir sama, sungai utama umumnya dikontrol oleh sesar atau rekahan-rekahan.
5)      Drainase Radial
      Aliran sungai-sungai menyebar dari puncak yang lebih tinggi. Umumnya terdapat pada puncak gunung atau bukit-bukit dan berkembang pada batuan berlapis (folded rocks).
6)      Drainase Annular
      Pola pengaliran Annular ini sangat berkembang pada daerah vulkanik atau intrusi dengan aliran yang mengikuti zona rekahan yang mengandung air.

6.      Analisa Peta Topografi
Analisa peta topografi dilakukan untuk melakukan kerja lapangan pendahuluan sebelum pergi ke lapangan. Keadaan topografi dicerminkan oleh kontrol geologi, yakni batuan dan struktur geologi. Analisa peta topografi dapat didasarkan atas interpretasi pola dan sifat kontur; dan interpretasi pola pengaliran.
1)        Interpretasi berdasarkan pola dan sifat kontur
     Anaisis ini perlu mengetahui bentuk morfologi, seperti jajaran perbukitan, adanya offset morfologi, bentuk lembah, dan lain-lain. Bentuk morfologi    tersebut digunakan untuk interpretasi, misal kehadiran endapan aluvial sungai atau batuan lunak seperti batulempung, napal dan sebagainya. Sedangkan perbukitan yang bergelombang pada umumnya ditempati oleh batuan yang berselang-seling, misalnya batupasir dan batulempung, atau breksi.

2)        Interpretasi berdasarkan pola pengaliran
     Analisis dengan pendekatan ini memberikan detil kemungkinan morfologi, jenis batuan dan struktur geologi yang mengontrol perkembangan pola sungai. Dengan demikian, pengenalan terhadap pola pengaliran dapat menganalisa dan menginterpretasi kondisi geologi pendahuluan, sebelum melakukan kerja pemetaan lapangan.

Arahan dalam membaca peta topografi, maka terlebih dahulu memahami elemen pada peta sebagai berikut:
1)        Isi peta dan tempat yang digambarkan melalui judul atau lokasi;
2)        Lokasi daerah, melalui letak garis lintang dan garis bujur;
3)        Arah, melalui petunjuk arah (orientasi).
4)        Jarak atau luas suatu tempat di lapangan, melalui skala peta;
5)        Ketinggian tempat, melalui titik trianggulasi (ketinggian) atau melalui garis  kontur;
6)        Kemiringan lereng, melalui garis kontur dan jarak antara garis kontur yang berdekatan;
7)        Sumber daya alam, melalui keterangan (legenda);
8)        Kenampakan alam, misalnya relief, pegunungan/gunung, lembah/sungai, jaringan lalu lintas, persebaran kota. Kenampakan alam ini dapat diketahui melalui simbol-simbol peta dan keterangan peta.

Arahan untuk analisa/interpretasi peta topografi adalah sebagai berikut:
1)        Peta yang banyak gunung/pegunungan dan lembah/sungai, menunjukkan bahwa daerah itu berelief kasar;
2)        Alur-alur yang lurus, menunjukkan bahwa daerah itu tinggi dan miring, jika alur sungai berbelok-belok (berbentuk meander), menunjukkan daerah itu relatif datar;
3)        Pola (bentuk) pemukiman penduduk yang memusat dan melingkar,  menunjukkan daerah itu kering (sulit air), tetapi di tempat-tempat tertentu terdapat sumber-sumber air.
D. Soal Latihan dan Tugas
1.         Soal Latihan
a.         Apa yang dimaksud dengan peta topografi ?
b.        Sebutkan kegunaan peta topografi di pertambangan ?
c.         Sebutkan perbedaan antara skala grafis, skala verbal, dan skala fraksi ?
d.        Sebutkan minimal 5 sifat garis kontur ?
e.         Sebutkan lagnkah-langkah dalam pembuatan penampang topografi ?

2.         Tugas di Laboratorium
a.         Praktikan diminta menentukan skala yang digunakan untuk penggambaran Peta Hahatonka serta membuatkan penampang topografinya;
b.        Praktikan diminta mengeblat (menjiplak) kontur dari Peta Hahatonka untuk setiap indeks kontur pada kertas kalkir (ukuran A4) menggunakan pensil 2B;
c.         Praktikan berlatih mendeskripsi morfologi dari Peta Hahatonka berdasarkan pembacaan sifat-sifat kontur;
d.        Praktikan meminta paraf asisten sebagai bukti telah selesai berlatih mengeblat indeks kontur dan mendeskripsi morfologi dari peta Hahatonka.

3.         Tugas Mingguan
a.         Penyalinan ulang atas pekerjaan laboratorium dengan menggambar indeks kontur menggunakan “drawing pen” pada kertas kalkir yang diberi alas kertas HVS agar mudah membacanya;
b.        Penggambaran setap indeks kontur harus dilengkapi dengan nilai ketinggiannya;
c.         Menyalin ulang dan/atau mengembangkan tulisan hasil deskripsi morfologi;
d.        Penulisan Tugas Mingguan
1)        Penggambaran pada kertas kalkir;
2)        Penulisan pada Kertas A4, 80  gram;
3)        Format penulisan dengan margin (batas tepi) tulisan sebelah kiri: 3 cm; kanan: 2,5 cm; atas: 3 cm; dan bawah: 2,5 cm. Penulisan menggunakan tinta warna biru.

PETA HAHATONKA


       *Laboratorium Geologi Dasar Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar